Kebebasan -tugas lagi dari bu Guru, suruh buat cerpen, setelah kemaren buat Pidato... : (, oke lah dengan sedikit inspirasi yang tersisa di otak ane gunain buat nulis coretan dikit.... moga moga hasil 'ngarang' nya bagus hehehe.....
Kebebasan
Pagi di pinggiran kota yang sejuk terpecah oleh
kesibukan orang orang, dikala itu seorang anak berusia 12 tahun yang bernama
Farid yang berjalan keluar dari rumah kecil di tepi sungai, dengan sedikit semangat,
anak yang hanya tinggal bersama ibunya itu pun berangkat mencari sesuap nasi
untuk orang nomer satu di hidupnya tersebut.
Dikala teman sebayanya berangkat ke sekolah untuk
mencari ilmu, ia harus berangkat ke tumpukan tumpukan sampah untuk mencari
sedikit rejeki dari tuhan, dengan nasip yang di deritanya, ia tak bisa berbuat
banyak, ia hanya bisa berusaha dengan kemampuan kecilnya untuk menghidupi
dirinya dan ibunya, rasa kecewa terhadap tuhan yang sering muncul di otak
kecilnya pun ia abaikan, walaupun beban
berat harus dipikul, tapi ia tetap berterimakasih telah diberi nafas oleh sang
maha pencipta.
Matahari pun beranjak naik, keringat yang
membasahi baju lamanya dianggapnya sebagai penambah tenaga, dengan semangat
yang masih tersisa, ia pun meneruskan menambah sedikit demi sedikit sampah
kedalam karung sobeknya. Sekira berat pada karung sudah dapt di tukar dengan
sepiring nasi dan krupuk, ia pun menyudahi pekerjaannya, pengepul yang sudah
menyiapkan selembar rejeki untuknya pun menghitung keringat yang dikeluarkan
oleh bocah polos itu. Rp. 20.000 adalah angka yang sekira belum bisa di anggap
pantas untuk kerja kerasnya, walaupun begitu, ia tetap bertrimakasih pda sang
pemberi rejeki, pemberi nafas, dan pemberi kehidupan.
Dikala bayangan sudah
tak sejajar dengan tubuh kecilnya, ia pun pergi mengambil air untuk membasuh
kotoran yang melekat pada tubuhnya, dengan khusuk ia menyembah satu satunya
tuhan. Dengan sedkit peluh iapun berharap berdoa dan meminta agar kehidupan ia
dan ibunya membaik, setidaknya diberikan tempatyang layak, pekerjaan yang lebih
pantas, dan kebebasan di masa kecilnya.
Kebebasan kecil yang masih tersisa pada dirinya
ia gunakan dengan sebaik baiknya, terik matahari sore yang terik nan indah
adalah saat saat yang paling cocok baginya untuk meluapkan semua keinginan yang
terpendam dalam hati kecilnya, dengan teman teman sebayanya ia pun bermain,
dengan rasa yang sangat senang dapat meluapkan keinginan kecilnya. Sebenarnya masih
sangat banyak keinginannya, tapi apakah daya, nasib berkata lain.
Kebebasan kecil yang ia rasakan harus berakhir
karena matahari yang sudah meredup sinarnya, ia pun kembali ke istananya,
dengan rasa lelah dan lapar ia pun pergi ke dapur dan minum segelas air putih
yang sudah disediakan oleh ibu tercinta nya, “Bagaimana hari ini nak, apakah
semua baik baik saja.. ?”, sahut suara lembut dari ibunya, “Sama seperti biasa
mak, menyenangkan..”, kataku dengan sedikit kebohongan besar di dalamnya.
Malam pun larut dengan cepat, ia pun membaringkan
tubuhnya yang sangat lelah ke kasur yang dianggapnya sangat nyaman, sambil
berharap agar ia dapat bermimpi, mimpi yang membuatnya hidup, mimpi kebebasan
sebagai seorang anak berusia belia, mimpi yang seharusnya bisa ada dalam
kehidupannya, mimpi yang dirasakan di dunia nyata oleh teman temannya,
kebebasan.. Freedom.
by Mr.SemiStupid inspired by Maher Zain - Freedom
1 komentar:
I’m not that much of a online reader to be honest but your sites really nice,
keep it up! I’ll go ahead and bookmark your website to come back later.
Good article.Many thanks.
Posting Komentar